Cari Blog Ini

Selasa, 31 Mei 2011

my dear


dirimu yang selalu menggenggam tanganku dengan kata - katamu..
dirimu yang selalu menjagaku dengan nasihat - nasihatmu..
dirimu yang selalu memelukku erat dalam setiap perhatianmu..
dirimu yang selalu kurindukan dalam setiap hembusan nafasku...


Read More......

Senin, 23 Mei 2011

when you love someone

I love you but it’s not so easy to make you here with me

I wanna touch and hold you forever but you’re still in my dream

And I can’t stand to wait your love is coming to my life

But I still have a time to break a silenceWhen you love someone just be brave to say

That you want him to be with you

When you hold your love don’t ever let him go

Or you will loose your chance to make your dream come true



I used to hide and watch you from a distance

And I knew you realized

I was looking for a time to get closer

At least to say “Hello”

And I can’t stand to wait ‘till night is coming to my life



I never thought that Im so strong

I stuck on you and wait so long

But when love comes it can’t be wrong

Don’t ever give up, just try and try to get what you want

Cause love will find the way

Read More......

Minggu, 22 Mei 2011

persembahan terakhir

Kelam menghampiri..
Saat senja tlah pergi..
nanar kutatap..
tanpa kata mampu kuucap..
luka hati tlah remukkan jiwa..
hanya topeng yang kupunya..
pelan merasuk dalam hati..
tanpa ketuk permisi..
hadir disini..
saat lamunan sepi menangisi..
setia menanti..
dalam harap yang tak pasti..
lama berada dalam ruang ini..
mengganti semua isi hati..
jika hati mampu bernyanyi..
kan kudengar saat ini..
teriakan meronta meminta..
teman pengisi ruang hampa..
musim hujan tlah tiba..
bajir bandang menerpa..
sepersekian waktu tlah berlalu..
hilang seperti angin lalu..
bersama gelegar sesaat setelah guntur datang..
penat yang kurasa..
berharap pada tanda tanya..

Read More......

Minggu, 08 Mei 2011

Cinta

Tuhan....
saat aku menyukai seorang teman,
ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir...

Tuhan....
Ketika aku merindukan seorang kekasih,
rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati-Mu
agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi....

Tuhan...
jika aku mesti mencintai seseorang
temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu
agar bertambah kuat cintaku pada-Mu....

Tuhan....
ketika aku sedang jatuh cinta
jagalah cinta itu
agar tidak melebihi cintaku pada-Mu....

Tuhan...
ketika aku berucap 'aku cinta padamu'
biarlah kukatakan kepada hatinya yang tertaut pada-Mu
agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karena-Mu....

sebagaimana orang bijak berucap.....

TO LOVE SOMEONE IS NOTHING...
TO BE LOVED BY SOMEONE IS SOMETHING....
TO BE LOVED BY SOMEONE YOU LOVE IS EXCITING....
but, to be loved by The Lover is everything.....

*bandung '03 by wiwit @ tafakur...

Read More......

perhitungan pendapatan nasional

1. Pengertian Pendapatan Nasional Suatu Negara
Pendapatan nasional adalah Jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang / jasa dalam suatu tahun tertentu.


2. Perhitungan Pendapatan Nasional Dengan 3 Metode Pendekatan:

a. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Metode pengeluaran adalah menghitung jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi (rumah tangga konsumsi, rumah tangga perusahaan, rumah tangga pemerintah, dan rumah tangga luar negeri).
Rumus:

Y = C + I + G + (X – M)
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pemerintah
X = Expor
M = Impor

b. Metode Produksi (Production Approach)
Metode produksi adalah menghitung jumlah keseluruhan nilai tambah (value added) dari semua kegiatan dalam ekonomi yang dihasilkan bidang – bidang usaha dalam suatu negara.
Rumus:
NT = NO-NI
Dimana :
NT = Nilai Tambah (Pendapatan Nasional)
NO = Nilai Output(Penjualan)
NI = Nilai Input(Pembelian)

Sehingga untuk menghitung pendapatan suatu negara secara keseluruhan, dapat dihitung pula dengan cara:
Y = Ʃ NTi . Qi
Dimana:
Y = Pendapatan Nasional
NTi = Nilai Tambah
Qi = Jumlah Barang

c. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan adalah menghitung jumlah penerimaan atas penggunaan faktor – faktor produksi dalam suatu negara selama satu periode.
Rumus:
Y = R + W + I + P
Dimana:
Y = Pendapatan Nasional
W = Wage (upah tenaga kerja)
R = Rent (sewa tanah / alam)
I = Interest (Bunga)
P = Profit (Laba)


Contoh soal:
1. Pendapatan yang diperoleh masyarakat dalam suatu perekonomian sebagai berikut:
Upah dan gaji Rp 15.000.000,-
Sewa tanah Rp 9.250.000,-
Konsumsi Rp 18.000.000,-
Pengeluaran pemerintah Rp 14.000.000,-
Bunga Modal Rp 3.500.000,-
Keuntungan Rp 12.000.000,-
Investasi Rp 4.500.000,-
Ekspor Rp 12.500.000,-
Impor Rp 7.250.000,-

Tentukan pendapatan nasional pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran!
Jawaban:

1. Pendekatan Pendapatan
Y = R + W + I + P
= 9.250.000 + 15.000.000 + 3.500.000 + 12.000.000
= Rp. 39.750.000,-

2. Pendekatan Pengeluaran
Y = C + G + I + (X – M)
= 18.000.000 + 14.000.000 + 4.500.000 + (12.500.000 – 7.250.000)
= Rp. 39.750.000,-

Jadi, perkiraan nilai pendapatan nasionalnya adalah Rp. 39.750.000,00

2. Nilai penjualan seluruh perusahaan tergolong kain batik Rp 2.000.000.000, bahan mentah dibutuhkan bernilai Rp. 500.000.000. Tentukan sumbangan industri batik pada pendapatan nasional!
Jawaban:
NT = NO – NI
= Rp. 2000.000.000 – Rp. 500.000.000 = Rp. 1.500.000.000

Jadi, sumbangan pada pendapatan nasional sebesar Rp. 1.500.000,00

CARA PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL: CARA PRODUKSI

Nilai barang dan jasa yang di produksi di suatu negara
dalam satu tahun dengan cara menjumlahkan value
added tiap proses produksi
Formula :
Y = ∑Pi.Qi
Contoh:
Nilai penjualan seluruh perusahaan tergolong kain batik Rp 2.000
juta, bahan mentah dibutuhkan bernilai Rp. 500 juta. Maka
sumbangan industri batik pada pendapatan nasional adalah
Rp. 2000 juta – Rp. 500 juta = 1.500 juta.

Perhatikan tabel berikut!
Jenis barang Harga (Rp.) Jumlah barang
Kapas 6.000 30.000
Benang 8.000 25.000
Kain 13.000 15.000
Baju 25.000 10.000
Jumlah 52.000 80.000
Tentukan jumlah pendapatan nasionalnya!
Jawab:
Jenis barang Harga Nilai tambah Jumlah barang Pendapatan
Kapas 6.000 6.000 30.000 180.000.000
Benang 8.000 2.000 25.000 50.000.000
Kain 13.000 5.000 15.000 75.000.000
Baju 25.000 12.000 10.000 120.000.000
Jumlah 52.000 27.000 80.000 425.000.000*
*Jadi, perkiraan pendapatan nasionalnya sebesar Rp. 425.000.000,00



Read More......

bagan bentuk kepemilikan bisnis

Read More......

Selasa, 03 Mei 2011

semangat

Dia adalah cinta pertamaku. Orang yang sangat aku sayang di dunia ini. Kenapa aku bilang begitu? Karena aku keluar dari rahimnya dan dia berjuang mati – matian untuk itu. Dia mengorbankan nyawanya hanya agar aku dapat melihat dan menikmati dunia. Dia tak perduli dengan keadaannya sendiri. Dalam sela nafasnya setelah mengeluarkanku dari rahimnya, dia sempatkan untuk bertanya pada suster, ‘bagaimana keadaannya sus? sehat kan?’ dan setelah suster mengatakan, ‘dia sehat, buk. Anak perempuan’ dihembuskan nafas lega dengan ucapan syukur tak terhenti pada Sang Pencipta. Begitu kuat cinta yang diberikannya. Begitu besar pengorbanannya. Tak terhingga rasa terima kasihku untukmu, Ibu.

Aku hanya manusia biasa. Seorang anak biasa. Yang selalu membuat kesalahan. Yang selalu membuat marah orang tuanya. Aku bukan anak yang baik dan sempurna. Sifat keras ibuku menurun padaku. Mungkin itu yang membuat hubunganku dan ibuku tak berjalan mulus. Selalu ada perselisihan paham, dikarenakan keegoisan yang tak pernah padam. Tapi kami sama – sama tahu kalau kami saling menyayangi. Hanya saja hal itu tak dapat diutarakan dengan kata – kata.

Aku tahu aku bukan anak baik. Aku tahu aku bukan anak yang sempurna. Aku tahu aku bukan anak yang pandai. Aku tahu aku tak punya apapun untuk membuat orang tuaku bangga. tapi mereka tak pernah mengeluh. Tak pernah meminta. Tak pernah tak inginkan aku. Mereka selalu tersenyum padaku. Menguatkanku dalam kondisi dan situasi apapun. Aku ingin jadi kekuatan bagi mereka. Melukis senyuman pada bibir mereka. Menggambar keindahan kebahagiaan dalam hidup mereka.

20 tahun aku gunakan waktuku secara sia – sia. Kenapa? Karena 20 tahun itu, aku belum membuat mereka tersenyum, bangga dan bahagia. padahal itu waktu yang sangat lama. Sampai sekarang, aku tak sanggup tuk melukiskan senyum simpul kesedihan, kegundahan dan ketidakberdayaan untuk mereka. Aku tak sanggup melihat mereka berlinang air mata. Sudah cukup air mata yang mereka keluarkan. Sudah cukup biaya yang mereka berikan untukku. Kali ini, tujuan hidupku hanyalah untuk menggambar kebahagiaan dan melukis senyuman pada bibir mereka.

Tapi, aku masih suka manja. Aku suka saat – saat dimana ibu dan bapak memanjakanku. Membelai lembut rambutku, memakaikan selimut saat aku tertidur, walaupun saat itu aku baru saja membuat ibuku marah dan menangis. Tapi beliau tetap menyayangiku tulus adanya. Bapak yang tiba – tiba membelikan mie ayam ataupun tahu campur kesukaanku saat pulang kerja. Gak akan ada orang lain yang seperti itu. Mereka yang bisa menerima aku apa adanya.

Pernah suatu ketika aku melihat bapakku menangis, ketika dokter berkata, kalau aku mengalami sakralisasi dextra sinistra ato dokter bilang pengerasan tulang ekor yang bisa berakibat kelumpumpuhan. Kata – kata dokter itu mengguncangku. Sangat! Bukan karena aku (mungkin) akan lumpuh dan stroke –jangan sampai hal itu terjadi- tapi karena aku melihat bapakku menangis karena aku! Tapi aku berusaha tegar didepan bapak. Aku tak mau bapak merasakan keguncangaku. Aku tersenyum pada bapak dan berkata “Aku gak akan apa – apa, pak. Semua baik – baik saja. OK? Jangan sedih ya. Nanti kalo bapak sedih, ibu juga akan sedih. Jangan bilang ibu ya?”. Seketika bapakku menatapku sedih. Kemudian tersenyum sambil mengangguk dan mengusap air matanya. Buatku cukup kali itu aku melihat bapak menangis. Aku janji pada diriku sendiri gak akan membuat bapak menangis lagi.

Aku suka cara bapak dan ibuku. Saling pengertian, saling perhatian, saling membantu, dan penuh kasih sayang. Aku kagum dengan mereka dan bangga dengan cara mereka. Kadang mereka mencuci baju bersama –sampai mantan pacarku pernah bilang, “aku iri liat bapak-ibumu. Masih mau mencuci baju berdua. Kan biasanya yg nyuci baju ibu, tapi bapakmu juga mau ngebantuin. Kliatan mesra banget” aku hanya tersenyum bangga-, dan yang paling membuatku takjub, hampir tiap malam, mereka mengobrol berdua. Setelah aku dan adikku tidur tentunya. Mereka menceritakan kejadian hari ini. Semua yang mereka rasakan dan bersama mencari solusinya.

Seperti saat malam hari, setelah dokter berkata begitu, aku tahu bapak punya alasan yang kuat untuk mengatakan hal itu pada ibu. Dan ternyata memang benar. Bapak membicarakan hal itu dengan ibu. Samar aku mendengar dari dalam kamarku, suara isakkan ibu. Aku tak kuasa membendung air mataku sendiri. Rasanya aku telah membuat orang tuaku sedih lagi. Aku mengutuk dokter Dina yang berbicara itu di depan bapakku. Kalau saja tadi aku ke dokter sendirian, pasti bapak dan ibu gak akan tahu masalah ini dan gak akan jadi sedih dan menangis.

Ibu yang kemudian masuk ke kamarku –aku pura – pura tidur- membelai rambutku, dan mencium dahiku. Jujur aku tak pernah secara sadar tahu ibu melakukan ini sejak kelas 2 SD. Lalu seperti biasa, membenarkan letak selimutku dan berkata, “Maaf ya, Ibu masih belum sanggup mengobatimu. Nanti kalau ibu ada uang, ibu pasti akan membawamu terapi.” Setelah ibu keluar dari kamarku, aku tak bisa memaafkan diriku. Rasanya tak mampu membendung haru kasih sayang itu. Sejak saat itu aku tak mau melihat mereka sedih gara – gara sakit pada tulang ekorku ini. Biarlah aku yang merasakannya sendiri.

Bulan demi bulan berlalu sejak hari itu, dan tahun pun berganti. Sering juga bapak bertanya, apa aku mash sering merasakan sakit? aku menggelengkan kepala seraya berkata “udah gak. Tenang saja. Aku baik – baik saja.” Padahal sebenarnya, ya sakit sekali. Tapi itulah aku. Yang selalu menyembunyikan keadaanku, hanya karena tak mau melihat orang tuaku bingung dan sedih. Aku tak mau mereka hutang sana, hutang sini untuk membiayai pengobatan lanjutanku. Karena aku tahu, bapakku akan berani hutang pada bank ato siapapun untuk membiayai anak – anaknya.

Memang itu demi kebaikanku, tapi aku tak ingin itu semua. Aku hanya ingin berada diantara mereka selagi aku masih bisa bernafas dan berusaha untuk terus melihat senyum mereka. Mungkin aku egois, tapi inilah keegoisan seorang anak yang tidak ingin membuat orang tuanya khawatir. Aku ingin mereka menganggapku baik – baik saja. Jujur, aku menyimpan sebuah masalah yang sangat besar. Dan aku mampu menutupi hal itu sejak 2 tahun lalu. Setelah aku lulus SMA. Aku sudah curiga dengan sakit kepala yang sering aku derita. Aku tahu ini tak wajar. Dan setelah beberapa kali aku memeriksanya ke dokter, jawabannya mereka sama, “Ada semacam tonjolan di dinding saluran darah pada otak anda. Dan bila dinding ini bocor, maka akan sulit untuk mengobatinya. Hal ini harus intensif perawatannya.” Dan ketika aku bertanya, apa nama penyakit saya, dok? Apa semacam tumor ato bahkan kanker? Mereka malah bertanya balik tentang keberadaan orang tuaku. Aku menjawanya berbohong dengan bilang, orang tua saya sudah meninggal –maaf ibu,bapak- dan dengan mimik yang berat hati mereka menjawab, “bahasa dokternya, ANEURISMA”.

Aku tahu sedikit tentang hal itu. Itu adalah salah satu penyakit yang lebih gawat dari kanker. Begitulah yang ditulis dalam sebuah blog di internet. Aku hanya harus menjaga pikiranku agar tidak terlalu terbebani. Sebenarnya aku ingin berbagi tentang hal ini, setidaknya pada seorang sahabatku. Tapi mulutku tak mampu berkata. Padahal, aku sudah memulai pembukaan topik ini. Dia adalah seorang perawat sebuah rumah sakit bersalin. Dan aku yakin, dia tahu lebih banyak tentag penyakitku ini. Dia tahu kalau aku juga mengalami tanda – tanda penyakit ini. Tapi entah kenapa aku tak sanggup cerita padanya. Aku tak ingin dia juga sedih. Aku tak ingin dia menceritakan ini pada keluargaku. Oleh karena itu, aku berbohong pada semua orang. Aku ingin mereka tersenyum walaupun untuk itu aku harus menjadi pembohong besar. Tapi, diam – diam aku menyisihkan uangku untuk berobat. Aku ingin waktuku cukup untuk membuat mereka tersenyum, walaupun harus sakit.

Tak banyak pikiran cukup membantu untuk mengurangi rasa sakit kepalaku. Tapi, inilah hidupku. Aku harus tetap menjalaninya, walau kadang aku berpikir, lebih baik aku pergi saja untuk selamanya. Tapi aku sadar, aku belum bisa melukis senyuman pada bibir orang tuaku, menggambar keindahan kebahagiaan dalam hidup mereka, dan membuat mereka bangga melihatku. Hanya kasih sayang mereka sebagai lilinku. Dalam kegelapan ditemani cahaya lilin kasih sayang, aku mencari tombol keberanian yang ada dalam diriku, dan ketika ku tekan tombol itu, aku akan jadi kuat.

Mereka orang tua yang keras, disiplin dan penuh tanggung jawab. Tapi dibalik semua itu, mereka penuh kasih sayang, perhatian dan cinta. Walaupun sulit untuk diungkapkan dengan kata, namun mereka mengungkapkan dengan tindakan. Yah, aku sayang mereka. Dan aku akan menyimpan semua rahasiaku sampai saatnya tiba. Aku akan membuat mereka bangga dan tersenyum padaku. Itu adalah tujuan aku tetap berjuang untuk hidup. Melihat orang yang sayangi tersenyum. Kukatakan pada diriku, SEMANGAT!! KAMU PASTI BISA!! ^o^

Read More......

Senin, 25 April 2011

tentang kamu

Aku ingin bertemu dengan dia..ingin sekali...

Tapi itu hanya inginku. Tidak dengan dia. Dia tlah pergi tinggalkanku tanpa kata. Janji yang dia buat, apa mungkin dia tepati? Aku ragu. Tapi bila bertanya pada hatiku, aku yakin dia akan datang suatu hari nanti dan membicarakan tentang janjinya itu. Aku sadar aku bukan siapa – siapa. Aku sadar aku tak punya apa – apa. Aku sadar itu semua. Aku hanya ingin kamu kembali. Bersamaku, disampingku..selamanya....

***

Aku pertama bertemu dengannya ketika aku baru pindah ke Dupak. Rumah baru dan lingkungan baru. Aku tak kenal siapapun disana. Hanya teman bermain yang ada di depan rumahku. Seorang cowok berkulit putih, pipinya tembem dan matanya yang tak terlupakan. Adi namanya.

Aku masih terlalu kecil untuk mengenal rasa ini. Rasa sayang yang membuat diriku hilang kesadaran. Berjuang untuk menjadi yang lebih baik sehingga membuat dia terkesan dan melirik padaku. Hash, tapi itu tidak terjadi dengan mudah. Sejak TK aku memperhatikan dia, namun tak ada respon darinya.

Memasuki masa SD, aku dan dia bersekolah di sekolah yang sama. Namun semua tidak terlalu lancar. Aku adalah adik kelasnya. Tak bisa setiap hari bertemu dengannya di sekolah. Walaupun kita selalu menghabiskan siang hari dengan bermain – main. Tapi aku suka saat itu. Tak ada beban saat bermain. Bebas. Lepas.

Kelas 3 SD, aku mulai mengatakan perasaanku padanya. Awal nya hanya lewat surat. Tak ada yang tahu permainan ini, hanya kita yang bermain. Permainan antar tetangga yang berhadapan. Tapi ternyata, dia tak begitu paham aku meganggapnya lebih dari sekedar teman. Dan aku beranikan diriku untuk mengatan ‘I Love You’ yang aku ikuti berdasarkan cerita di film – film india. Saat itu film india nge-hits banget.

Hari – hariku dipenuhi angan – angan tentangnya. Tujuanku dipenuhi untuk bisa bahagia bersamanya. Sekolah aku perjuangkan agar dapat nilai bagus agar dia melihat kearahku. Aku berjuang mati – matian untuk itu semua. Sampai pada akhirnya..26 Juni 2001, di gang sebelah rumah okik, dia bilang ‘aku sayang kamu. Kamu mau gak jadi pacarku?’. Seketika hatiku melayang. Terbang tak ingin kembali. Namun tak bisa, hatiku harus kembali untuk menjalani kisah dengan mas adi. Seketika itu gerimis datang. Hem, saat itu gerimis terlihat sangat indah dengan dinginnya, namun hangat dihati. ‘iya aku mau. Aku juga sayang kamu, mas.’ Masih terngiang – ngiang di kepalaku tentang itu. Tak dapat kulupakan meskipun aku amnesia. Hahahaha...

Hari terus berganti, bulan terus berjalan. Aku sekarang kelas 6 sd. Dan dia tidak lagi 1 sekolah denganku. Dia memasuki masa pra remaja. SMP. Tak pernah aku lihat dia dirumah. Mungkin 1 minggu hanya 2 kali aku melihatnya dan bermain bersamanya. Aku was – was. Takut. Aku masih dengan kekanak – kanakanku. Berbicara apa yang aku rasakan. Menulis diary setiap ada kejadian penting.

Suatu hari ada bazar di depan rumah kami. Bazar ini diadakan hampir setiap tahun, dan secara besar – besaran. Bayak orang di bazar ini karena ramainya penjual. Aku dan teman – temanku datang ke bazar ini. Selama disana, aku tak melihatnya. Kata Okik (teman dekatnya), dia masih sekolah dan baru pulang abis magrib. Sedih sih, karena aku ingin ke bazar ini bersama dia. Maklum lha, lagi jatuh cinta. Hehehe...

Waktu itu, jam menunjukkan angka 7. Teman – temanku mengajak pulang karena harus belajar untuk besok. Ketika perjalanan pulang, aku melihat stan penjual gelang, cincin dan aksesoris lainnya. Aku lihat ada gelang yang cantik banget (baru kali ini aku suka gelang!!). aku ingin membelinya, tapi setelah aku bertanya pada penjualnya, ternyata uang yang aku bawa tidak cukup untuk membelinya. Aku pulang kerumah dengan perasaan sedih dan gak bisa konsentrasi dengan buku pelajaranku. Seketika aku memutuskan untuk mengorek pantat celengan ayamku. Dan benar saja, aku mendapatkan uang Rp. 20.000,00. Saat itu, uang ini sangat mahal nilainya. Aku tak bilang pada ibuku. Dengan sembunyi – sembunyi aku kembali ke bazar itu, aku bertanya apda penjualnya, tapi gelangnya RAIB!! Ada yang membelinya begitu aku pergi meninggalkan stan itu. Sedih menyelimutiku. Aku kembali kerumah dengan bibir manyun. Dan bertambah manyun ketika aku melewati gang kenanganku dengan mas adi, karena aku melihat sesuatu bayangan di gang itu (pasalnya, dulu kata anak – anak disana ada setannya). Dengan sok, aku dekati bayagan itu. Memperjelas penglihatanku, dan DOOR!! Sial!! Ternyata mas Adi. Jelas aku marah – marah. Kalau aku sudah marah – marah, dia pasti akan memberikan sesuatu untukku, biasanya dia membelikanku jajan..hehehe...sapa tahu aku ditraktir maem di basar. Tapi ternyata gak!! Dia memberiku sebuah, GELANG!! Gelang yang tadi ingin aku beli. Sejak saat itu aku tak pernah melepas gelang itu dari pergelagan tanganku. Hari – hariku rasanya bahagia banget...hehehe.

Setiap kebahagiaan, pasti akan ada kesedihan. Dan benar. Suatu hari, Bapak ku bilang kalau kita sekeluarga akan pindah. Masih di Surabaya sih, cuman Surabaya timur, sedangkan sekarang aku berada di surabaya barat. Awalnya aku tak bisa terima, berharap pembangunan rumahku disana tidak berjalan tepat waktu agar aku bisa berlama – lama disini. Tapi, apalah dayaku. Siapa sih aku? Aku hanyalah anak kecil yang tak akan didengarkan sarannya oleh orang tuaku. Tapi mungkin ini memang yang terbaik buatku. Dan dengan segala macam cara, aku merayu ibuku agar aku bisa 1 sekolah dengan mas adi. Tapi, tak dihiraukannya. Ya sudahlah, aku harus turuti kata orang tuaku. Mengikuti kemanapun mereka melangkah.

Aku bingung harus bicara apa . aku tak tahu bagaimana cara berpamitan padanya? Apa dia sudah tahu kalau aku akan pindah? Mungkin. Karena orang tua kami juga sangat akrab. Dan tak jarang menceritakan tentang kehidupan keluarga masing – masing. Di saat yang sama, ketika aku bingung darimana aku harus mulai membicarakan ini, dia mengalami kecelakaan sewaktu bermain sepak bola. Kakinya di perban dan sulit untuk melangkah. Ya allah, saat itu aku miris sekali. Takut. Dan rasanya ingin sekali ada di dekatnya. Tapi, kenapa dia cuek saja?

Kebimbangan menerpaku lagi. Temanku memberitahuku kalau di sekolahnya saat ini ada anak cewek yang suka sama dia dan lagi gencar melakukan pendekatan. Semenjak aku dengar kabar itu, hatiku sakit. Air mataku tak terbendung, sampai sahabatku heran. Apa yang terjadi padaku?

Seketika aku berpikir, ‘bagaimana ini apa aku bisa tanpa dia?’ bayangannya selalu ada dalam pikiranku. Tak pernah terlintas lelaki lain dalam benakku. Semua hanya tentang dia.

Waktu telah berlalu. Dan kini aku telah pindah dari rumah itu. Rumah yang selama 8 tahun aku huni. Meninggalkan rumahku, sahabat- sahabatku, tetanggaku dan juga dia. Aku rindu padanya. Hingga suatu hari, temannya memberikan nomor telp rumahnya. Aku mencoba menghubungi dan akhirnya, “that’s true!! Aku masih bisa berhubungan dengannya!” dua bula berlalu, dia tak lagi meresponku. Judes padaku. Cuek. Sakit, pilu yang aku rasakan. Aku rindu. Rindu pada senyumnya dan tatapannya. Setiap kali gerimis, aku selalu teringat dia. Hanya dengan memejamkan mata sebentar saja, aku merasa dia ada didekatku. Selama SMP, aku merasakan hal itu. Memendamnya dalam hati dan menguburnya. Karena aku tahu, aku dan dia sudah berakhir. Tak ada komunikasi lagi stelah itu. Tak ada lagi.

3 tahun berlalu, aku jalani tanpa dia. Senyi dan senyap. Hanya tawa dari teman – temaku yang mampu mengalahkan itu semua. Rinduku padanya. Kupendam rapat dalam hatiku. Tak pernah teukir nama lain.

Sampai pada aku memasuki SMA. Aku menjadi siswi sebuah SMA negeri di surabaya. Dan aku mulai bermain dengan perasaan denga cowok. Seminggu, dua minggu hubunganku berkahir. Dan 3 bulan aku bersekolah disini, aku baru menyadari kalau aku satu sekolah dengan adi. Aku tak pernah bertemu dengannya di sekolah ini. Aku bersyukur untuk hal itu. Karena aku juga tak tahu harus biacara apa dengannya nanti.

Tapi sekolah hanyalah sekolah. Kemanapun aku bersembunyi, pasti nantinya akan bertemu dengannya. Benar. Dia menemukanku. Dan aku menyambutnya dengan sikap dingin dan sok cuek. Tak mengerti kata hatiku. Badan, tangan dan perkataanku bergerak tidak sesuai dengan hatiku.

Kami lalui valentine bersama. Sepulang sekolah dan dengan sebuah mawar plastik di tanganku. Mawar pertama darinya. Aku masih tak percaya dengan apa yang aku lihat. Di depanku. Dia duduk di depanku. Makan, berbicara, dan kau tahu apa yang aku pikirkan? Aku berpikir sebaiknya waktu berhenti saja. Tetaplah seperti ini. Aku ingin memilikinya, matanya, senyumnya, tatapannya. Ah, tapi itu tak mungkin.

Moment – moment kami lewati. Hingga sampai pada hari ulang tahunnya, 6 maret. Gerimis membuat kami harus berlindung di depan toko agar tidak terkena hujan. Ingatkah kamu tentang hal ini mas? Aku rasa tidak sama sekali. Kamu seperti melupan masa lalumu. Aku seperti mengenal kamu sebagai orang yang baru. Yah benar, itu adalah waktu 6 bulan di akhir sekolahnya. Seolah membuat catatan akhir sekolah. Aku lalui waktu bersamanya. Dia menembak aku di hari ulang tahunnya, dan sampai sekarang aku tak menjawabnya. Tidak menerimanya dan tidak juga menolaknya. Tapi dia menganggap aku telah menolaknya. Hal itu yang aku sesali sekarang.

Setelah UNAS berakhir. Setelah semua ujian berakhir. Dia akan lulus dari sekolah ini. Kami berdua bukan lagi anak SD yang dulu. Yang tak bisa menempuh jarak 15 kilometer untung bertandang kerumah. Sekarang, kami berdua bisa menggunakan motor untuk bermain kemanapun kami suka. Tapi kesalahan ada di tanganku. Aku menolak urunan kasih sayang yang dia berikan dengan sangat keras. Aku tak tahu kalau aku sekeras itu. Tapi semua telah terlambat.

Dia telah pergi dari surabya. Melanjutkan studinya di malang. Buat kamu, jarak tak ada masalah, hanya kepercayaan, apa bisa dijaga? Sejak aku tahu dia pergi dari surabaya, dan berpamitan padaku, aku tak dapat melupakannya. Akhirnya, setelah satu tahun dia studi di kota apel itu, dia kembali ketika ulang tahunku. Dan aku baru sadar dia menjadi orang yang berbeda. Dia benar. Waktu dapat merubah perasaan orang lain. Tapi, dia berjanji padaku, entah dia sadar atau Cuma gurauan, dia bilang “aku akan balik ke surabaya. Dan membelikanmu boneka dolphin yag besar. Dan bila saat itu tiba, aku ingin kamu gak lagi membohongi perasaanmu padaku. Aku ingin menjadi yang terkhir untuk kamu.”

Sejak itu aku senag sekali. Semangat belajar. Namun setahun kemudian, dia bilang, dia sudah punya pacar. Rasanya sakit. sesak. Sejak itu aku sering berganti – ganti pacar. Tapi, sesering apapun aku berganti pacar, kenapa dia masih terus terngiang? Apa ini jawaban Tuhan? Apa aku harus menunggunya?

Sampai pada suatu ketika, aku memutuskan untuk tak menunggunya dan tak menunggu siapapun. Dulu aku hanya ingin dicintai dan mencintai seseorang laki – laki. Tapi, sejak aku tahu sesuatu tentang diriku, aku tak ingin peduli dengan dicintai dan mencintai. Kini, aku hanya peduli dengan orang tua, adikku dan hidupku. Aku tak akan hidup untuk seseorang yang masih ada dalam hatiku ini. Aku akan tak berguna dan akan lebih merepotkannya bila aku bersamanya nanti. Biarlah dia tetap ada disini, di hatiku sebagai pengingatku. Kalau aku masih punya kenangan indah bersamanya. Gelang yang aku pakai ini menjadi penghiburku, saat aku kagen dia. Setidaknya, gelang ini mengingatkanku akan kehadiran dirinya. Andai aku mampu menucapkan kata “AKU SAYANG KAMU, SAMPAI DETIK INI”.

Read More......

dear someone

Kita memang baru mengenal. Tapi entah mengapa aku merasa telah mengenal kamu sudah lama. Tak butuh waktu lama sejak perkenalan kita saat itu untuk menjejaki hubungan yang lebih dari sekedar teman. Yang aku tahu, aku nyaman ketika bersama kamu. Aku bisa menjadi diriku sendiri. Rasanya lepas tanpa beban. Kamu membuat aku merasa lebih hidup. Terima kasih karena kamu telah memngajariku banyak hal yang tak pernah diajarkan orang lain padaku. Terima kasih banyak. ^_^

Read More......

dear Sahabat...

Kau begitu indah di mataku, hingga aku tak dapat jauh darimu. Kau memperlakukanku selayaknya orang yang istimewa. Sering kau memperlakukanku seperti adikmu, kakakmu, pacarmu,temanmu, sampai pernah kamu memperlakukanku seperti seorang ibu. Kau selalu tahu apa yang aku rasakan, mungkin karena sudah lama kita bersama dengan ikatan erat tanpa tali bernama persahabatan. Tak cukup kata untuk mengucapkan perasaanku padamu. Namun satu hal yang aku tahu, aku ingin kita seperti ini selamanya. Persahabatan ini begitu indah buatku, aku tak ingin merusaknya. Karena aku sayang kamu, sahabatku.

Read More......