Cari Blog Ini

Senin, 25 April 2011

tentang kamu

Aku ingin bertemu dengan dia..ingin sekali...

Tapi itu hanya inginku. Tidak dengan dia. Dia tlah pergi tinggalkanku tanpa kata. Janji yang dia buat, apa mungkin dia tepati? Aku ragu. Tapi bila bertanya pada hatiku, aku yakin dia akan datang suatu hari nanti dan membicarakan tentang janjinya itu. Aku sadar aku bukan siapa – siapa. Aku sadar aku tak punya apa – apa. Aku sadar itu semua. Aku hanya ingin kamu kembali. Bersamaku, disampingku..selamanya....

***

Aku pertama bertemu dengannya ketika aku baru pindah ke Dupak. Rumah baru dan lingkungan baru. Aku tak kenal siapapun disana. Hanya teman bermain yang ada di depan rumahku. Seorang cowok berkulit putih, pipinya tembem dan matanya yang tak terlupakan. Adi namanya.

Aku masih terlalu kecil untuk mengenal rasa ini. Rasa sayang yang membuat diriku hilang kesadaran. Berjuang untuk menjadi yang lebih baik sehingga membuat dia terkesan dan melirik padaku. Hash, tapi itu tidak terjadi dengan mudah. Sejak TK aku memperhatikan dia, namun tak ada respon darinya.

Memasuki masa SD, aku dan dia bersekolah di sekolah yang sama. Namun semua tidak terlalu lancar. Aku adalah adik kelasnya. Tak bisa setiap hari bertemu dengannya di sekolah. Walaupun kita selalu menghabiskan siang hari dengan bermain – main. Tapi aku suka saat itu. Tak ada beban saat bermain. Bebas. Lepas.

Kelas 3 SD, aku mulai mengatakan perasaanku padanya. Awal nya hanya lewat surat. Tak ada yang tahu permainan ini, hanya kita yang bermain. Permainan antar tetangga yang berhadapan. Tapi ternyata, dia tak begitu paham aku meganggapnya lebih dari sekedar teman. Dan aku beranikan diriku untuk mengatan ‘I Love You’ yang aku ikuti berdasarkan cerita di film – film india. Saat itu film india nge-hits banget.

Hari – hariku dipenuhi angan – angan tentangnya. Tujuanku dipenuhi untuk bisa bahagia bersamanya. Sekolah aku perjuangkan agar dapat nilai bagus agar dia melihat kearahku. Aku berjuang mati – matian untuk itu semua. Sampai pada akhirnya..26 Juni 2001, di gang sebelah rumah okik, dia bilang ‘aku sayang kamu. Kamu mau gak jadi pacarku?’. Seketika hatiku melayang. Terbang tak ingin kembali. Namun tak bisa, hatiku harus kembali untuk menjalani kisah dengan mas adi. Seketika itu gerimis datang. Hem, saat itu gerimis terlihat sangat indah dengan dinginnya, namun hangat dihati. ‘iya aku mau. Aku juga sayang kamu, mas.’ Masih terngiang – ngiang di kepalaku tentang itu. Tak dapat kulupakan meskipun aku amnesia. Hahahaha...

Hari terus berganti, bulan terus berjalan. Aku sekarang kelas 6 sd. Dan dia tidak lagi 1 sekolah denganku. Dia memasuki masa pra remaja. SMP. Tak pernah aku lihat dia dirumah. Mungkin 1 minggu hanya 2 kali aku melihatnya dan bermain bersamanya. Aku was – was. Takut. Aku masih dengan kekanak – kanakanku. Berbicara apa yang aku rasakan. Menulis diary setiap ada kejadian penting.

Suatu hari ada bazar di depan rumah kami. Bazar ini diadakan hampir setiap tahun, dan secara besar – besaran. Bayak orang di bazar ini karena ramainya penjual. Aku dan teman – temanku datang ke bazar ini. Selama disana, aku tak melihatnya. Kata Okik (teman dekatnya), dia masih sekolah dan baru pulang abis magrib. Sedih sih, karena aku ingin ke bazar ini bersama dia. Maklum lha, lagi jatuh cinta. Hehehe...

Waktu itu, jam menunjukkan angka 7. Teman – temanku mengajak pulang karena harus belajar untuk besok. Ketika perjalanan pulang, aku melihat stan penjual gelang, cincin dan aksesoris lainnya. Aku lihat ada gelang yang cantik banget (baru kali ini aku suka gelang!!). aku ingin membelinya, tapi setelah aku bertanya pada penjualnya, ternyata uang yang aku bawa tidak cukup untuk membelinya. Aku pulang kerumah dengan perasaan sedih dan gak bisa konsentrasi dengan buku pelajaranku. Seketika aku memutuskan untuk mengorek pantat celengan ayamku. Dan benar saja, aku mendapatkan uang Rp. 20.000,00. Saat itu, uang ini sangat mahal nilainya. Aku tak bilang pada ibuku. Dengan sembunyi – sembunyi aku kembali ke bazar itu, aku bertanya apda penjualnya, tapi gelangnya RAIB!! Ada yang membelinya begitu aku pergi meninggalkan stan itu. Sedih menyelimutiku. Aku kembali kerumah dengan bibir manyun. Dan bertambah manyun ketika aku melewati gang kenanganku dengan mas adi, karena aku melihat sesuatu bayangan di gang itu (pasalnya, dulu kata anak – anak disana ada setannya). Dengan sok, aku dekati bayagan itu. Memperjelas penglihatanku, dan DOOR!! Sial!! Ternyata mas Adi. Jelas aku marah – marah. Kalau aku sudah marah – marah, dia pasti akan memberikan sesuatu untukku, biasanya dia membelikanku jajan..hehehe...sapa tahu aku ditraktir maem di basar. Tapi ternyata gak!! Dia memberiku sebuah, GELANG!! Gelang yang tadi ingin aku beli. Sejak saat itu aku tak pernah melepas gelang itu dari pergelagan tanganku. Hari – hariku rasanya bahagia banget...hehehe.

Setiap kebahagiaan, pasti akan ada kesedihan. Dan benar. Suatu hari, Bapak ku bilang kalau kita sekeluarga akan pindah. Masih di Surabaya sih, cuman Surabaya timur, sedangkan sekarang aku berada di surabaya barat. Awalnya aku tak bisa terima, berharap pembangunan rumahku disana tidak berjalan tepat waktu agar aku bisa berlama – lama disini. Tapi, apalah dayaku. Siapa sih aku? Aku hanyalah anak kecil yang tak akan didengarkan sarannya oleh orang tuaku. Tapi mungkin ini memang yang terbaik buatku. Dan dengan segala macam cara, aku merayu ibuku agar aku bisa 1 sekolah dengan mas adi. Tapi, tak dihiraukannya. Ya sudahlah, aku harus turuti kata orang tuaku. Mengikuti kemanapun mereka melangkah.

Aku bingung harus bicara apa . aku tak tahu bagaimana cara berpamitan padanya? Apa dia sudah tahu kalau aku akan pindah? Mungkin. Karena orang tua kami juga sangat akrab. Dan tak jarang menceritakan tentang kehidupan keluarga masing – masing. Di saat yang sama, ketika aku bingung darimana aku harus mulai membicarakan ini, dia mengalami kecelakaan sewaktu bermain sepak bola. Kakinya di perban dan sulit untuk melangkah. Ya allah, saat itu aku miris sekali. Takut. Dan rasanya ingin sekali ada di dekatnya. Tapi, kenapa dia cuek saja?

Kebimbangan menerpaku lagi. Temanku memberitahuku kalau di sekolahnya saat ini ada anak cewek yang suka sama dia dan lagi gencar melakukan pendekatan. Semenjak aku dengar kabar itu, hatiku sakit. Air mataku tak terbendung, sampai sahabatku heran. Apa yang terjadi padaku?

Seketika aku berpikir, ‘bagaimana ini apa aku bisa tanpa dia?’ bayangannya selalu ada dalam pikiranku. Tak pernah terlintas lelaki lain dalam benakku. Semua hanya tentang dia.

Waktu telah berlalu. Dan kini aku telah pindah dari rumah itu. Rumah yang selama 8 tahun aku huni. Meninggalkan rumahku, sahabat- sahabatku, tetanggaku dan juga dia. Aku rindu padanya. Hingga suatu hari, temannya memberikan nomor telp rumahnya. Aku mencoba menghubungi dan akhirnya, “that’s true!! Aku masih bisa berhubungan dengannya!” dua bula berlalu, dia tak lagi meresponku. Judes padaku. Cuek. Sakit, pilu yang aku rasakan. Aku rindu. Rindu pada senyumnya dan tatapannya. Setiap kali gerimis, aku selalu teringat dia. Hanya dengan memejamkan mata sebentar saja, aku merasa dia ada didekatku. Selama SMP, aku merasakan hal itu. Memendamnya dalam hati dan menguburnya. Karena aku tahu, aku dan dia sudah berakhir. Tak ada komunikasi lagi stelah itu. Tak ada lagi.

3 tahun berlalu, aku jalani tanpa dia. Senyi dan senyap. Hanya tawa dari teman – temaku yang mampu mengalahkan itu semua. Rinduku padanya. Kupendam rapat dalam hatiku. Tak pernah teukir nama lain.

Sampai pada aku memasuki SMA. Aku menjadi siswi sebuah SMA negeri di surabaya. Dan aku mulai bermain dengan perasaan denga cowok. Seminggu, dua minggu hubunganku berkahir. Dan 3 bulan aku bersekolah disini, aku baru menyadari kalau aku satu sekolah dengan adi. Aku tak pernah bertemu dengannya di sekolah ini. Aku bersyukur untuk hal itu. Karena aku juga tak tahu harus biacara apa dengannya nanti.

Tapi sekolah hanyalah sekolah. Kemanapun aku bersembunyi, pasti nantinya akan bertemu dengannya. Benar. Dia menemukanku. Dan aku menyambutnya dengan sikap dingin dan sok cuek. Tak mengerti kata hatiku. Badan, tangan dan perkataanku bergerak tidak sesuai dengan hatiku.

Kami lalui valentine bersama. Sepulang sekolah dan dengan sebuah mawar plastik di tanganku. Mawar pertama darinya. Aku masih tak percaya dengan apa yang aku lihat. Di depanku. Dia duduk di depanku. Makan, berbicara, dan kau tahu apa yang aku pikirkan? Aku berpikir sebaiknya waktu berhenti saja. Tetaplah seperti ini. Aku ingin memilikinya, matanya, senyumnya, tatapannya. Ah, tapi itu tak mungkin.

Moment – moment kami lewati. Hingga sampai pada hari ulang tahunnya, 6 maret. Gerimis membuat kami harus berlindung di depan toko agar tidak terkena hujan. Ingatkah kamu tentang hal ini mas? Aku rasa tidak sama sekali. Kamu seperti melupan masa lalumu. Aku seperti mengenal kamu sebagai orang yang baru. Yah benar, itu adalah waktu 6 bulan di akhir sekolahnya. Seolah membuat catatan akhir sekolah. Aku lalui waktu bersamanya. Dia menembak aku di hari ulang tahunnya, dan sampai sekarang aku tak menjawabnya. Tidak menerimanya dan tidak juga menolaknya. Tapi dia menganggap aku telah menolaknya. Hal itu yang aku sesali sekarang.

Setelah UNAS berakhir. Setelah semua ujian berakhir. Dia akan lulus dari sekolah ini. Kami berdua bukan lagi anak SD yang dulu. Yang tak bisa menempuh jarak 15 kilometer untung bertandang kerumah. Sekarang, kami berdua bisa menggunakan motor untuk bermain kemanapun kami suka. Tapi kesalahan ada di tanganku. Aku menolak urunan kasih sayang yang dia berikan dengan sangat keras. Aku tak tahu kalau aku sekeras itu. Tapi semua telah terlambat.

Dia telah pergi dari surabya. Melanjutkan studinya di malang. Buat kamu, jarak tak ada masalah, hanya kepercayaan, apa bisa dijaga? Sejak aku tahu dia pergi dari surabaya, dan berpamitan padaku, aku tak dapat melupakannya. Akhirnya, setelah satu tahun dia studi di kota apel itu, dia kembali ketika ulang tahunku. Dan aku baru sadar dia menjadi orang yang berbeda. Dia benar. Waktu dapat merubah perasaan orang lain. Tapi, dia berjanji padaku, entah dia sadar atau Cuma gurauan, dia bilang “aku akan balik ke surabaya. Dan membelikanmu boneka dolphin yag besar. Dan bila saat itu tiba, aku ingin kamu gak lagi membohongi perasaanmu padaku. Aku ingin menjadi yang terkhir untuk kamu.”

Sejak itu aku senag sekali. Semangat belajar. Namun setahun kemudian, dia bilang, dia sudah punya pacar. Rasanya sakit. sesak. Sejak itu aku sering berganti – ganti pacar. Tapi, sesering apapun aku berganti pacar, kenapa dia masih terus terngiang? Apa ini jawaban Tuhan? Apa aku harus menunggunya?

Sampai pada suatu ketika, aku memutuskan untuk tak menunggunya dan tak menunggu siapapun. Dulu aku hanya ingin dicintai dan mencintai seseorang laki – laki. Tapi, sejak aku tahu sesuatu tentang diriku, aku tak ingin peduli dengan dicintai dan mencintai. Kini, aku hanya peduli dengan orang tua, adikku dan hidupku. Aku tak akan hidup untuk seseorang yang masih ada dalam hatiku ini. Aku akan tak berguna dan akan lebih merepotkannya bila aku bersamanya nanti. Biarlah dia tetap ada disini, di hatiku sebagai pengingatku. Kalau aku masih punya kenangan indah bersamanya. Gelang yang aku pakai ini menjadi penghiburku, saat aku kagen dia. Setidaknya, gelang ini mengingatkanku akan kehadiran dirinya. Andai aku mampu menucapkan kata “AKU SAYANG KAMU, SAMPAI DETIK INI”.

Tidak ada komentar: